Arsip

Archive for the ‘Artikel’ Category

membuat rencana

31 Desember 2009 1 komentar

Masa lalu adalah masa yang bukan milik kita lagi. Masa sekarang adalah anugrah, maka manfaatkanlah sebaik mungkin. Sedangkan masa depan belum tentu milik kita dan penuh ketidakpastian. Itulah mengapa diperlukan perencanaan hidup agar kita mudah melakukan tindakan tertentu jika dibutuhkan.

Sebagian besar dari Anda mungkin bingung jika dihadapkan pada pertanyaan “Apa rencana Anda dalam 1 atau 5 tahun kedepan ?”. Di sisi lain ada juga orang yang berputus asa karena apa yang ia rencanakan dalam hidupnya tidak pernah tercapai. Pepatah “biarkan hidup mengalir seperti air” terkadang membawa kita pada satu sikap hidup tanpa perencanaan dan tanpa target. Sebagian dari kita lupa bahwa untuk bisa mengalir dengan baik, air juga butuh saluran atau parit. Begitu juga Anda.. untuk bisa hidup lebih baik, maka perlu target dan perencanaan. Dibawah ini beberapa tips dalam membuat tujuan an perencanaan dalam hidup Anda :

Spesifik pada tujuan Anda. “Saya ingin memiliki uang 1 miliar” lebih baik daripada hanya “Saya ingin kaya”. Semakin spesifik semakin baik. “Saya ingin memiliki mobil seharga 200 juta” lebih baik daripada “Saya ingin memiliki mobil. Apa saja bentuknya, mereknya, pokoknya bisa jalan.” Dengan tujuan yang spesifik, Anda akan lebih fokus pada tujuan tersebut.
Tetapkan tenggang waktu (deadline) untuk tujuan Anda. Kalau Anda tidak menetapkan deadline, tujuan tersebut tidak akan tercapai. Mengapa? Terlalu banyak yang harus Anda kerjakan dalam hidup Anda. Jadi hanya yang memiliki deadline yang Anda rasa perlu Anda capai. Jangan terlalu khawatir tenggang waktu tersebut meleset. Itu wajar terjadi. Pernahkah Anda berjalan jalan kemudian Anda melihat satu restoran yang menarik. “Kelihatannya enak. Ah, saya akan ke sana”. Anda sudah menetapkan tujuan. Tapi apakah Anda menetapkan deadline kapan akan ke sana? Jika tidak, kemungkinan Anda hanya akan melewatinya berkali-kali sambil ngiler. “Kapan-kapan aja deh. Kalau sempat”. Jadi kalau Anda memiliki tujuan “Saya ingin memiliki uang 1 miliar” tambahkan menjadi “Saya ingin memiliki uang 1 miliar di usia 50 tahun nanti”
Pastikan tujuan tersebut bisa tercapai. Jika tidak maka Anda bisa setengah mati berusaha untuk mencapainya, saat itu Anda sudah putus asa, dan kemungkinan meninggalkan tujuan Anda. Jangan terlalu muluk. Tetapi jangan pula tujuan itu terlalu enteng, Anda bisa tidak bersemangat dan meremehkan tujuan Anda sendiri.
Fokuslah pada satu tujuan terlebih dahulu. Anda barangkali memiliki banyak sekali impian. Membeli mobil, membeli rumah, berlibur, sekolah anak, dll. Kalau ditulis semua, satu buku tulis pun bisa kurang. Tetapkan satu tujuan terlebih dahulu yang ingin Anda capai. Tetapkan prioritas. Kemudian setelah tercapai baru berpindah ke tujuan yang lain. Keuntungannya adalah saat Anda mencapai satu tujuan, Anda akan lebih bersemangat untuk mencapai tujuan yang lain. Jika Anda memiliki dua ayam yang lepas dari kandang, bagaimana Anda menangkapnya? Jika Anda mengejar dua duanya sekaligus besar kemungkinan Anda tidak akan dapat menangkap satu pun. Lebih mudah jika Anda mengejar satu ayam lebih dahulu.
Anda dapat membagi tujuan tersebut dalam beberapa bagian, yaitu tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek contohnya adalah mempersiapkan pernikahan, bulan madu, membeli perabot, membeli peralatan elektronik, membeli mobil baru. Tujuan jangka menengah misalnya merencanakan untuk memiliki rumah sendiri dan membiayai sekolah anak. Dan untuk tujuan jangka panjang, misalnya Anda perlu merencanakan seberapa nyaman pensiun Anda, dan barangkali di masa tua Anda ingin berjalan-jalan ke luar negeri.
Pastikan Anda selalu ingat dengan tujuan tersebut. Tulis di secarik kertas. Gunakan huruf kapital yang besar. Tempelkan dimana Anda setiap hari bisa melihatnya dari jarak jauh. Anda bisa menempelnya dimana saja, di kamar, di pintu kulkas, di mobil, di atas TV, dimana Anda bisa melihatnya dengan jelas, setiap hari. Itu adalah pengingat akan tujuan Anda. Jika Anda ingin memiliki mobil, Anda bisa membeli miniatur mobil, taruh di meja kerja Anda. Jika Anda ingin berlibur, pasang poster tempat liburan di atas tempat tidur, sehingga Anda bisa melihatnya setiap malam. Pastikan Anda memiliki tujuan yang selalu bisa Anda lihat setiap hari. Hal ini akan membantu Anda memvisualisasikan apa yang ingin Anda capai ke dalam pikiran Anda.
Setiap tujuan pastilah ingin tercapai dengan baik. Seiring dengan bertambahnya waktu dan usia, secara periodik Anda sebaiknya melakukan revisi terhadap tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Kalau perlu setiap hari Anda mereview kegiatan Anda, apa yang perlu Anda kerjakan, terobosan apa yang perlu dilakukan agar tujuan tersebut bisa tercapai. Hidup ini memang tidak selalu mulus. Di tengah jalan kemungkinan terdapat rintangan untuk mencapainya. Salah satunya apabila ada prioritas lain yang perlu dilakukan sehingga uang yang ada terpaksa dialokasikan untuk hal lain. Kemungkinan lain adalah kejadian tidak terduga, misalnya musibah, PHK, yang bisa mempengaruhi tujuan Anda. Revisi tujuan Anda apabila diperlukan. Anda bisa menetapkan waktu lebih panjang apabila diperlukan. Pilihan lain adalah menurunkan kualitas tujuan Anda sehingga sesuai dengan Anda kondisi yang sekarang. Kalau bisa pilihan terakhir ini jangan sampai dipilih. Tetap yakinkan diri Anda pada tujuan semula, dan bertahan untuk menggapainya.

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.

Tujuan
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan empat tujuan perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.

Tujuan kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.

Tujuan ketiga adalah untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.

Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.

Elemen perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).

Sasaran
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.[2] Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.

Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.

Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti “tingkatkan kinerja,” “naikkan profit,” atau “kembangkan perusahaan,” sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat gambar).

Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO. Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.

Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwa, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.

Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.

Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk “meningkatkan profit 15%.” Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk “meningkatkan profit 15%,” ia juga memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.

Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single use atau standing. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Contohnya adalah “membangun 6 buah pabrik di China atau “mencapai penjualan 1.000.000 unit pada tahun 2006.” Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan, kebijakan, dan lain-lain.

by ahmadfahrurozimahardani

Kategori:Artikel

Come Home To Your Self

By: Anthony de Mello, SJ
________________________________________

 

Come home to yourself. Observe yourself. That’s why I said earlier that self-observation is such a delightful and extraordinary thing. After a while you don’t have to make any effort, because, as illusions begin to crumble, you begin to know things that cannot be described. It’s called happiness. Everything changes and you become addicted to awareness.

There’s the story of the disciple who went to the master and said, “Could you give me a word of wisdom? Could you tell me something that would guide me through my days?” It was the master’s day of silence, so he picked up a pad. It said, “Awareness.” When the disciple saw it, he said, “This is too brief. Can you expand on it a bit?” So the master took back the pad and wrote, “Awareness, awareness, awareness.” The disciple said, “Yes, but what does it mean?” The master took back the pad and wrote, “Awareness, awareness, awareness means — awareness.”

achievement3jpg That’s what it is to watch yourself. No one can show you how to do it, because he would be giving you a technique, he would be programming you. But watch yourself. When you talk to someone, are you aware of it or are you simply identifying with it? When you got angry with somebody, were you aware that you were angry or were you simply identifying with your anger? Later, when you had the time, did you study your experience and attempt to understand it? Where did it come from? What brought it on? I don’t know of any other way to awareness. You only change what you understand. What you do not understand and are not aware of, you repress. You don’t change. But when you understand it, it changes.

I am sometimes asked, “Is this growing in awareness a gradual thing, or is it a ‘whammo’ kind of thing?” There are some lucky people who see this in a flash. They just become aware. There are others who keep growing into it, slowly, gradually, increasingly. They begin to see things. Illusions drop away, fantasies are peeled away, and they start to get in touch with facts. There’s no general rule. There’s a famous story about the lion who came upon a flock of sheep and to his amazement found a lion among the sheep. It was a lion who had been brought up by the sheep ever since he was a cub. It would bleat like a sheep and run around like a sheep. The lion went straight for him, and when the sheep lion stood in front of the real one, he trembled in every limb. And the lion said to him, “What are you doing among the sheep?” And the sheep-lion said, “I am a sheep.” And the lion said, “Oh no you’re not. You’re coming with me.” So he took the sheep-lion to a pool and said, “Look!” And when the sheep-lion looked at his reflection in the water, he let out a mighty roar, and in that moment he was transformed. He was never the same again.

If you’re lucky and the gods are gracious or if you are gifted with divine grace (use any theological expression you want), you might suddenly understand who “I” is, and you will never be the same again, never. Nothing will ever be able to touch you again and no one will ever be able to hurt you again.

You will fear no one and you will fear nothing. Isn’t that extraordinary? You’ll live like a king, like a queen. This is what it means to live like royalty. Not rubbish like getting your picture in the newspapers or having a lot of money. That’s a lot of rot. You fear no one because you’re perfectly content to be nobody. You don’t give a damn about success or failure. They mean nothing. Honor, disgrace, they mean nothing! If you make a fool of yourself, that means nothing either. Isn’t that a wonderful state to be in! Some people arrive at this goal painstakingly, step by step, through months and weeks of self-awareness. But I’ll promise you this: I have not known a single person who gave time to being aware who didn’t see a difference in a matter of weeks. The quality of their life changes, so they don’t have to take it on faith anymore. They see it; they’re different. They react differently. In fact, they react less and act more. You see things you’ve never seen before.

You’re much more energetic, much more alive. People think that if they had no cravings, they’d be like deadwood. But in fact they’d lose their tension. Get rid of your fear of failure, your tensions about succeeding, you will be yourself. Relaxed. You wouldn’t be driving with your brakes on. That’s what would happen.

There’s a lovely saying of Tranxu, a great Chinese sage, that I took the trouble to learn by heart. It goes: “When the archer shoots for no particular prize, he has all his skills; when he shoots to win a brass buckle, he is already nervous; when he shoots for a gold prize, he goes blind, sees two targets, and is out of his mind. His skill has not changed, but the prize divides him. He cares! He thinks more of winning than of shooting, and the need to win drains him of power.” Isn’t that an image of what most people are? When you’re living for nothing, you’ve got all your skills, you’ve got all your energy, you’re relaxed, you don’t care, it doesn’t matter whether you win or lose.

Now there’s HUMAN living for you. That’s what life is all about. That can only come from awareness. And in awareness you will understand that honor doesn’t mean a thing. It’s a social convention, that’s all. That’s why the mystics and the prophets didn’t bother one bit about it. Honor or disgrace meant nothing to them. They were living in another world, in the world of the awakened. Success or failure meant nothing to them. They had the attitude: “I’m an ass, you’re an ass, so where’s the problem?”

Someone once said, “The three most difficult things for a human being are not physical feats or intellectual achievements. They are, first, returning love for hate; second, including the excluded; third, admitting that you are wrong.” But these are the easiest things in the world if you haven’t identified with the “me.” You can say things like “I’m wrong! If you knew me better, you’d see how often I’m wrong. What would you expect from an ass?” But if I haven’t identified with these aspects of “me,” you can’t hurt me. Initially, the old conditioning will kick in and you’ll be depressed and anxious. You’ll grieve, cry, and so on. “Before enlightenment, I used to be depressed: after enlightenment, 1 continue to be depressed.” But there’s a difference: I don’t identify with it anymore. Do you know what a big difference that is?

You step outside of yourself and look at that depression, and don’t identify with it. You don’t do a thing to make it go away; you are perfectly willing to go on with your life while it passes through you and disappears. If you don’t know what that means, you really have something to look forward to. And anxiety? There it comes and you’re not troubled. How strange! You’re anxious but you’re not troubled.

Isn’t that a paradox? And you’re willing to let this cloud come in, because the more you fight it, the more power you give it. You’re willing to observe it as it passes by. You can be happy in your anxiety. Isn’t that crazy? You can be happy in your depression. But you can’t have the wrong notion of happiness. Did you think happiness was excitement or thrills? That’s what causes the depression. Didn’t anyone tell you that? You’re thrilled, all right, but you’re just preparing the way for your next depression. You’re thrilled but you pick up the anxiety behind that: How can I make it last? That’s not happiness, that’s addiction.

I wonder how many non-addicts there are reading this book? If you’re anything like the average group, there are few, very few. Don’t look down your nose at the alcoholics and the drug addicts: maybe you’re just as addicted as they are. The first time I got a glimpse of this new world, it was terrifying. I understood what it meant to be alone, with nowhere to rest your head, to leave everyone free and be free yourself, to be special to no one and love everyone- because love does that. It shines on good and bad alike; it makes rain fall on saints and sinners alike.

Is it possible for the rose to say, “I will give my fragrance to the good people who smell me, but I will withhold it from the bad”? Or is it possible for the lamp to say, “I will give my light to the good people in this room, but I will withhold it from the evil people”? Or can a tree say, “I’ll give my shade to the good people who rest under me, but I will withhold it from the bad”? These are images of what love is about.

It’s been there all along, staring us in the face in the scriptures, though we never cared to see it because we were so drowned in what our culture calls love with its love songs and poems — that isn’t love at all, that’s the opposite of love. That’s desire and control and possessiveness. That’s manipulation, and fear, and anxiety — that’s not love. We were told that happiness is a smooth complexion, a holiday resort. It isn’t these things, but we have subtle ways of making our happiness depend on other things, both within us and outside us. We say, “I refuse to be happy until my neurosis goes.” I have good news for you: You can be happy right now, WITH the neurosis, You want even better news? There’s only one reason why you’re not experiencing what in India we call ANAND — bliss, bliss. There’s only one reason why you’re not experiencing bliss at this present moment, and it’s because you’re thinking or focusing on what you don’t have. Otherwise you would be experiencing bliss. You’re focusing on what you don’t have. But, right now you have everything you need to be in bliss.

Jesus was talking horse sense to lay people, to starving people, to poor people. He was telling them good news: It’s yours for the taking. But who listens? No one’s interested, they’d rather be asleep.

Kategori:Artikel

Game’s Who Build Your Mind

12 September 2008 Tinggalkan komentar

Di komputer saya ada games yang lumayan seru Games ini tentunya sama
dengan games yang lain. setelah berhasil melewati level 1 maka level
selanjutnya tingkat kesulitannyapun bertambah. Pasti ada maksud
tersendiri dari si pembuat games.

Yang menarik, waktu pertama saya mulai memainkan games ini pada level
6 mau naik ke level 7 saya kalah. Saya ulangi lagi dan kalah lagi pada
level 6. terus saya ulangi dan saya kalah lagi. Mulai timbul pikiran
bahwa setiap di level 6 saya akan selalu kalah. Saya sepertinya tidak
bisa mencapai level 7 dalam permainan ini.

Secara tidak sadar saya membangun mental block dalam pikiran saya,
yaitu setelah pertama kali gagal melewati level 6 di games komputer
dan secara tidak sengaja saya gagal di level yang sama saya mulai ragu
apakah saya bisa melewati level dan menuju level 7. setelah beberapa
kali pengulangan dan hasilnya adalah sama. Maka keyakinan bahwa saya
tidak bisa melewati level 6 dalam permainan ini semakin kuat dan
mengakar dalam pikiran saya. Alhasil saya semakin tidak berhasil
melewati level 6 dalam permainan itu.

Ketika kita merasa gagal menyelesaikan tugas atau gagal melakukan
sesuatu maka kepercayaan diri kita biasanya semakin berkurang. Dan
ketika secara tidak sengaja mengalami kegagalan yang sama, kita mulai
membangun keyakinan bahwa kita memang tidak bisa dan tidak berbakat
melakukan pekerjaan itu. Ketika pikiran ini muncul maka performa kita
dalam melakukan pekerjaan itu berkurang yang terjadi adalah pekerjaan
yang kita lakukan akan sama nasibnya dengan pekerjaan sebelumnya
bahkan lebih buruk lagi. keyakinan kita bahwa kita tidak dapat
melakukan pekerjaan tersebut akan semakin kuat.

Apalagi bila kita menceritakan ketidakmampuan kita tersebut dengan
orang lain. Pertama, dengan menceritakan sesuatu yang negatif dari
diri kita kepada orang lain maka kata-kata tersebut terdengar lagi
oleh kita, otak kita akan langsung saja menyimpan kata-kata kita tanpa
tau kita sedang bercanda atau serius dan langsung menjadi program
dalam ketidaksadaran bahwa kita tidak bisa melakukan pekerjaan
tersebut. Yang kedua ketika kita mengatakan sesuatu kepada orang lain
seolah-olah kita harus konsisten dan komitmen dengan apa yang kita
ucapkan. kita merasa harus menjalankan apa yang kita katakan kepada
orang lain. Hasilnya, karena pkiran kritis kita tidak bekerja dan
program negatif yang ada dalam ketidaksadaran kita semakin kuat dan
kita akan semakin tidak bisa melakukan pekerjaan tersebut.

Dalam kajian hypnosis, ketika bawah sadar percaya dan kepercayaan itu sangat
kuat, maka kepecayaan tersebut mempengaruhi segala aspek diri kita
mulai dari psikologis, fisiologis bahkan reaksi fisik kita. Hal ini
sama seperti ketika anda dalam keadaan trance yang dalam dan anda
diminta mengangkat sehelai kertas namun anda disugesti bahwa anda
mengangkat tumpukan kertas yang berat, kenyataanya anda hanya
mengangkat sehelai kertas namun pikiran anda mengatakan anda mengangat
tumpukan kertas yang berat, fisik anda merasa anda mengangkat tumpukan
kertas yang berat, anda mengeluarkan keringat karena menahan beban
yang berat.  Jadilah kita adalah yang kita pikirkan.

Kategori:Artikel

Iklan Yang Menghipnosis

12 September 2008 Tinggalkan komentar

sebuah iklan dibuat dan ditayangkan terus menerus dengan
tujuan agar barang yang diiklankan tersebut masuk ke dalam mind masyarakat dan
menancap kuat di benak masyarakat sehingga ketika masyarakat pergi ke
ssupermarket atau warung yang disebut kepada pemilik warung adalah barang yang
diiklankannya tersebut. penting bagi orang-orang marketing untuk bisa membuat
iklannya tertanam kuat dalam pikiran masyarakat. . tujuannya adalah membypass
alam sadar sehingga produk yang diiklankan tidak di tolak oleh masyarakat dan
masuk ke dalam memorinya.

dengan mempelajari prinsip-prinsip kerja pikiran dan bawah
sadar manusia hal ini bisa dengan mudah dilakukan. untuk itu prinsip belajar
dengan pengulangan, dan melibatkan emosi bawah sadar digunakan oleh orang-orang
advertising ketika membuat iklan.

insting manusia salah satunya adalah mencari pasangan
(insting lain seperti pemenuhan kebutuhan akan makanan, ketakutan, kesenangan,
mendapatkan teman, dihargai dll juga ada namun tidak kita bahas disini). sudah
alami dalam bawah sadar manusia kita punya insting ini. manusia memiliki
insting bahwa manusia harus meneruskan keturunan kita (berhubungan seks), kita
ingin mendapat perhatian dan kasih sayang dari lawan jenis (Pacar, istri/suami,
yang punya kelainan orientasi seksual pun termasuk didalamnya)

insting ini yang dibangkitkan oleh orang-orang advertising
dalam iklannya. kita bisa amati berapa banyak iklan yang menggunakan cara ini,
sebut saja iklan Bedak BB harum sari, permen kiss, conello ice cream, rexona
dan masih banyak lagi(maaf menyebut merek).

pesan yang ingin disampaikan adalah produk tersebut bisa
membuat kita mendapatkan pasangan/ jodoh jika mendapatkan pasangan maka kita
akan mendapat kasih sayang, dan lebih jauh lagi kita bisa meneruskan keturunan
kita.

disini iklan menjadi sarana untuk pemenuhan kebutuhan yang
lain. bukan fungsi barang yang sesungguhnya. maksudnya axe bukan hanya untuk
membuat tubuh kita wangi saja melainkan dengan tubuh menjadi harum maka akan
banyak wanita yang akan datang kepada anda. selanjutnya “terserah
anda”.

informasi ini yang masuk ke dalam ingatan atau kalau
orang-orang NLP bilang masuk ke dalam alam bawah sadar seseorang. sehingga
orang tersebut tergerak untuk membeli produknya. jenius bukan?

di lain pihak produk-produk tersebut ketika sudah masuk ke
dalam benak seseorang bisa menjadi picu
(anchor) yang bisa membuat seseorang bisa naik rasa percaya dirinya. badan
tidak harum = tidak percaya diri , badan harum = percaya diri. menggunakan axe
= badan harum = percaya diri. (padahal jika kita perhatikan ada juga orang yang
badannya tidak harum tapi bisa juga percaya diri).

karena saya sudah pake axe maka saya menjadi harum maka saya
menjadi lebih percaya diri, ketika orang tersebut sudah percaya diri maka ingin
mendekati wanita manapun dia akan enjoy2 aja. karena percaya dirinya sudah
muncul.

inilah bentuk pelet, jimat, rajah pemeuna di zaman modern.
tetap saja dari dulu pemenuhan insting dasar yang digunakan.

Kategori:Artikel

Pelayan

12 September 2008 Tinggalkan komentar

Jika saya ingin berkunjung ke tempat kerabat saya si cipayung Jakarta
Timur
. Saya harus 2 kali naik angkutan umum, naik bis sampai terminal
kampung rambutan lalu kemudian naik angkot jurusan kampung
rambutan-ujung aspal tempat rumah kerabat saya tersebut.
Konsekuensi logis jika anda naik angkutan umum, maka anda akan bertemu
dengan satria bergitar yang siap menghibur anda atau sebagian bahkan
mengganggu anda. Seperti biasa sang satria bergitar memberi sambutan
kepada penumpang dengan tutur kata yang mempunyai pola yang sama
hampir setiap pengamen. Mulailah sang satria memainkan senjata
andalannya dan bernyanyi dengan suara yang sedikit serak karena
mungkin sudah berapa lagu yang ia nyanyikan sebelumnya. Saya tertarik
dengan lagu yang dibawakan pengamen pada saat itu. Saya mendengarkan
dengan seksama lirik lagu yang dibawakan. Kata katanya kalau tidak
salah seperti ini “buat apa punya uang tapi tidak punya teman, buat
apa kaya raya tapi hidup sendiri. Jangan sombong karena anda punya
uang karena uang nggak dibawa mati. Zaman sekarang cari kerja susah
kemana-mana nggak ada lowongan” (saya lupa lirik aslinya, tapi intinya
seperti itu). Dan saya yakin lagu itu sudah dinyanyikan berulang ulang
pada setiap kesempatan.

Sobat sekalian
Kita mempunyai pelayan yang sangat patuh kepada kita. pelayan ini
selalu melindungi kita dari bahaya dan selalu siap melayani kita.
Pelayan itu bernama subconscious. Lirik yang dinyanyikan oleh pengamen
menggambarkan betapa kaya itu tidak memiliki teman dan mencari kerja
sekarang susah. Ketika lirik tersebut dinyanyikan berulang ulang maka
subconsiusnya akan mematuhi apa yang dikatakan oleh tuannya.

Apalagi kata-kata ini dinyanyikan dalam sebuah lagu. Ketika itu otak kanan
yang berperan aktif dan semua kata-kata akan diserap langsung oleh
subconscious. Hal ini akan berefek dan membentuk keyakinan dalam
subconscious bahwa menjadi kaya tidak enak karena tidak punya teman
dan mencari pekerjaan itu susah.

Subconscious hanya melayani tuannya dengan cara kerjanya sendiri.
subconscious akan menutup indera dan
pikiran dari semua peluang untuk mendapat pekerjaan dan peluang untuk
menjadi kaya. Perilaku yang ditunjukkan oleh pengamen tidak akan
mengarah pada kekayaan. Walaupun ketika ditanya apakah anda ingin
kaya? Secara sadar si pengamen akan bilang “pasti”. Namun subconscious
berkeyakinan lain dan ini lebih kuat dari apa yang dikatakan secara
sadar oleh pengamen. Terjadi ketidaksesuaian antara conscious dan
subconsciousnya

Penting bagi kita untuk menguasai subconscious kita agar sejalan
dengan apa yang kita inginkan (Singkron antara conscious dengan
subconscious ). Caranya adalah dengan mengetahui bagaimana cara kerja
subconscious dan memanfaatkannya untuk kepentingan kita. Agar kita
benar-benar menjadi tuan dari subconscious kita bukan malah menjadi
pelayannya.
Sudahkah subconscious anda menjadi pelayan anda?

Kategori:Artikel