Artikel: Dimata anda sebagai seorang psychotherapist, apa sih manfaat NLP?

By: Asep Haerul Gani

Setelah saya ingat-ingat kembali, pertanyaan serius tersebut diajukan pada 3 kesempatan.

Pertama, saat saya diundang oleh Street NLP nya kang Teddy Prasetyamulyawan , di rumah makan minangkabau Blok M Plaza saat baru kembali dari Sydney usai selaraskan Indonesian indigenous psychotherapy dengan Ericksonian dan Self Relation Psychotherapy nya Stephen G Gilligan, PhD.

Kedua, saat saya dibujuk oleh wadya bala TMI dengan provokatornya mas Iwan Ketan, Rahmadsyah Nurdin, Syamsul Hatta, Fitra Faturochman untuk sharing di perguruan tinggi di bilangan Bekasi. Seingat saya Ki Noeryanto Dhipuro turut membersihkan tempat penyelenggaraan dari hawa-hawa negative.

Ketiga saat saya mendapatkan undangan dari Pimpinan Sinergi Lintas Batas, Kang Mas Ronny Furqoni Ronodirdjo untuk manggung di pelataran kantor SLB di bilangan Kuningan.

Jawaban singkat atas pertanyaan itu adalah dengan belajar NLP kompetensi saya sebagai psikoterapis menjadi lebih meningkat dan terasah di area-area utama.

Tentu saja jabaran kompetensi itu bila di chunk down menjadi 4 kompetensi dasar berikut:

1. Mampu membina self confident dan intergitas sebagai terapis

Keadaan ini dapat dilakukan dengan teknik2 :

a. ANCHORING-SPINNING
b. NEW BEHAVIOR GENERATOR.
c. MODELLING memanfaatkan DTI (deep trance identification) dapat digunakan untuk mempercepat penguasaan kompetensi.
d. Pemanfaatan konsep dan terapan CIRCLE OF EXCELLENCE atau STATE OF EXCELLENCE bermanfaat bagi terapis. DISNEY model dapat dimanfaatkan pula untuk merancang hal-hal baru bagi diri terapis. Konsep mulailah dari dirimu berlaku juga untuk Terapis.
e. Pembelajaran PRESUPPOSE NLP membekali terapis cara bersikap dan bertindak sebagai seorang terapis professional. Presuppose “map is not territory” mengingatkan terapis bahwa peta dunia kilien perlu dikenali dengan cermat dan tepat. Preseuppose lainnya membelajarkan terapis untuk mencermati aspek lain sehingga kompetensinya sebagai psikoterapis meningkat.

2. Mampu memahami dunia dalam klien
a. Penggunaan Panca Indra

Untuk memahami dunia dalam (map) klien, NLP membelajarkan pemahaman akan Panca Indra (V,A,K,O,G), Sensory acuity, Submodality. Terapis perlu mengenali secara jeli preferensi klien atas VAKOG nya, memahami betul penggunaan predikat saat berkomunikasi, mengenal benar bagaimana detail submodality dalam peristiwa-peristiwa yang unik bagi klien.

b. Penyaringan informasi

Fenomena surface structure dan deep structure dalam komunikasi, penting disadari oleh terapis untuk memahami keuniukan klien. Proses “DELETION, DISTORTION, dan GENERALIZATION” yang dilakukan oleh kesadaran klien pada hakikatnya adalah menginformasikan sesuatu . Hal yang dibuang, disamarkan bahkan dipandang setara dengan kebanyakan justru sengaja diungkap ulang dengan mengajukan pertanyaan dalam bentuk META MODEL , sehingga dengan demikian jelaslah Cerita atau Map klien sebenarnya.

c. Pemrograman

Terapis perlu mengenali apa pemrograman dasar yang dilakukan klien. Apa yang menyebabkan klien langsung berpikir-merasa dan bergerak? Apa programming dasarnya. META PROGRAM bermanfaat mengenali apa yang memotivasi klien untuk bertindak dan bergerak. MENDEKAT-MENJAUH, INTERNAL-EKSTERNAL, OPTIONAL-PROSEDURAL, PROAKTIF-REAKTIF, PERSAMAAN-PERSAMAAN DAN PERBEDAAN-PERBEDAAN antara lain pemrograman yang perlu dikenali oleh terapis.

d. Komunikasi Non Verbal

Klien mungkin saja tidak bicara, namun klien tidak pernah tidak berkomunikasi. Ia selalu mengkomunikasikannya melalui tanda-tanda di wajah dan tubuhnya. Terapis perlu melatih kepekaan indrawinya sehingga mampu membedakan dan menandai suasana hati klien dengan mencermati perubahan pada mata, bibir, pipi, dagu, kerutan di dahi, rona wajah , dengusan nafas, bergeraknya jakun hingga bergetarnya dan tegangnya tubuh. Terapis perlu melatih dan kompeten dalam membaca KALIBRASI klien.

Selain itu dengan EYE ACESSING CUES, terapis sambil mendengarkan kalimat klien ia dapat mencermati saat bicara klien sedang mengakses informasi apa? Infiormasi berupa gambar yang sudah tersimpan di bank ingatankah? Informasi berupa gambar yang sedang dirancang kah? Informasi pendengaran yang sudah ada di memory kah? Informasi pendengaran yang sedang dikarangkah? Sedang merasakan sesuatu kah? Atau Sedang berbicara dengan dirinya sendiri?

Pemahaman atas komunikasi non verbal klien, akan membawa terapis mendapatkan pemahaman atas dunia dalam klien yang lebih tepat.

e. Mampu memahami pola pikir-rasa-tindak klien

Klien pada dasarnya punya STRATEGI yang unik dalam melakukan sesuatu tindakan. STRATEGI adalah urut-urutan proses melibatkan panca indra klien hingga terjadinya suatu tindakan. Pemahaman akan strategi yang digunakan klien menjadi penting untuk mengenali pola perilaku yang menetap dan tidak efektif, dan mengenali pula pola-pola perilaku mana yang perlu diubah sehingga lebih efektif.

3. Mampu menggunakan komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik antara lain terbangun dengan kemampuan menggunakan bahasa yang selaras dengan penggunaan bahasa klien, nada, irama, ritme , tempo, cengkok, logat, perlambangan, analogi dan METAPHORE klien.

Komunikasi terapeutik diawali dengan kemampuan melakukan FRAMING-DEFRAMING-REFRAMING. Saat menyimak kisah klien, kemampuan membingkai-membedah bingkai lama dan membingkai ulang adalah hal penting. Kemampuan ini perlu dilatih karena bukan peristiwanya yang membuat masalah, sudut pandang dan kacamata yang dipakai seringkali yang membuat menjadi masalah.

Kemampuan komunikasi lainnya yang perlu dipelajari adalah komunikasi yang perlahan memfasilitasi klien untuk memasuki kesadaran dirinya dan memanfaatkan bank ingatannya dengan memanfaatkan seluruh resources yang ada pada dirinya untuk pencapaian outcomenya. Pemanfaatan komunikasi hipnotik dengan memanfaatkian MILTON MODEL dan PELANGGARAN META MODEL adalah menjadi bermanfaat. Pemanfaatan linguistic yang kongruen antara kata-nada-tekanan-pola nafas-mimik muka-gerak-gerik menjadi hal yang penting dipelajari dan dipahami efeknya dalam komunikasi.

4. Mampu menentukan pola intervensi efektif

a. WELL FORM OUTCOME

Intervensi efektif hanya akan terjadi bila terapis mengetahui INTENTION klien. Intention klien sangat mungkin dinyatakan dalam bahasa negasi . Penting bagi terapis untuk membimbing klien sehingga perubahan yang diinginkannya dinyatakan dalam WELL FORM OUTCOME. Dengan WFO terapis mengetahui bantuan apa yang akan diberikannya kepada klien.

b. Chunking (Up-Down-Side)

Klien seringkali merasa bermasalah karena masalah itu terlalu besar sehingga ia frustrasi, terlalu kecil sehingga ia tidak bersemangat untuk mengejarnya atau terlalu ragam sehingga membingungkan. Langkah memilah dan memilih melalui CHUNK UP, CHUNK DOWN dan CHUNK SIDE akan sangat membantu klien yakin bahwa tujuannya dapat tercapai. Pada tahapan awal perlu bagi terapis untuk membantu klien memilah dan memilih mana OUTCOME yang dapat ia raih dengan mudah dan cepat serta akan membawa kepada tercapainya OUTCOME yang lebih besar.

c. Pacing and Leading

Konsep ini di kalangan Ericksonian digunakan istilah ACCEPT and UTILIZE. Hal ini mula-mula dengan melead klien dengan match dan mismatch fisiologi , kemudian dengan pacing dan leading dunia dalam klien yang diperoleh setelah mempelajari butir b.

d. State of Mind Management

Terapis yang memahami State of Mind saling mempengaruhi dengan posisi dan gerak tubuh, pikiran dan perasaan tentunya akan melakukan intervensi kepada klien dengan pengelolaan state of mind klien. Perubahan-perubahan dalam setting klinik dapat dilakukan dengan mengubah gerak gerik klien saat sesi klinik berlangsung.

e. Anchor, Develop, Colapse

Konsep Anchor dalam membantu perubahan klien perlu dipahami. Keadaan yang dirasakan klien sebagai hal yang tidak berdaya di masa lalu dan seringkali terpicu dengan cara tertentu dapat dibantu dengan mematikan pemicu anchornya (COLLAPSE ANCHOR). Hal-hal yang baik dan ingin dimanfaatkan terus dapat dibangkitkan pemicunya (DEVELOP ANCHOR) .

f. Editing Submodality

Ini adalah teknik unik yang saya pikri khas dari NLP . Dengan memahami submodality klien saat mempersepsikan masalah, dan dengan tetap memanfaatkan peristiwa yang sama serta melakukan editing pada submodality tertentu klien dapat memperoleh keadaan yang diinginkan

g. Pemanfaatan teknik-teknik terapi tertentu yang diduga tepat menjawab permasalahan klien.

Terapis pun perlu mempunyai obo rampe dan persediaan teknik yang sekira dapat membantu klien dengan masalah umum tertentu. Karena itu ia dapat mempelajari :
– Fast phobia cure
– Swish technique
– Six steps reframing
– Dll

h. TOTE

Konsep Test Operate Test Exit menjadi penting digunakan saat memanfaatkan pendekatan tertentu. Ketika sebuah pendakatan tidak efektif, saatnya bertindak luwes menggunakan pendekatan lainnya yang lebih efektif.

Untuk membentuk terapis dan konselor baru, NLP sangat membantu saya dalam menyiapkan pembelajaran yang cepat dan efektif lebih cepat dari kurikulum yang saya pelajari waktu dulu saya menjadi psikoterapis.

Lalu kepada siapa belajar NLP di Indonesia ini?

Bisa belajar ke RH Wiwoho dengan Indo NLP nya, Pak Hingdranata Nikolay dengan Inspirasinya dan Mas Ronny Furqoni Ronodirdjo dengan SLB nya yang belajar dari Richard Bandler langsung, Mas Abdul Aziz, Ms Issa Kumalasari, Ms. Mariani Ng, bagi mereka yang ingin memperoleh sertifikasi.

Bagi yang ingin belajar NLP gratisan, cukup belajar di website yang dimoderatori mas Ronny F. Ronodirdjo (www.Portal NLP.com). Ratusan tulisan mengenai NLP dari yang filosofis hingga yang terapan dari sejumlah kontributor berada di sana. Silakan Kunjungi dan unduh tulisan yang anda pandang bermanfaat.

Semoga NLP mudah dan mempermudah Anda belajar menjadi psikoterapis mumpuni.

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar